
Menurut Abdul Ghofar, petani asal Desa Ngujo Kalitidu, adanya hama sundep mengakibatkan malai kering sehingga petani harus terus melakukan penyemprotan. Tentu saja ini membuat petani mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Misalnya untuk membeli obat-obatan. “Butuh biaya banyak untuk beli obat,” ujarnya dengan cemas.
Menurut pria asal Dusun Kedungkeris ini, semenjak masa tanam pertama hingga kedua ini tidak ada penanganan saat ada hama. Padahal petani menginginkan ada petugas yang survey langsung ke lokasi, melihat dan melakukan pembinaan. Dengan demikian tanaman padi petani bisa sesuai harapan saat panen nanti.
Sebelumnya, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro melalui Kasi Perlindungan Tanaman Susana mengatakan, instansinya sudah memetakan terkait serangan hama. Selain itu terkait dengan asuransi sosialisasinya terbatas sehingga tidak semua petani mengetahuinya. “Kalau ada petani yang tidak tahu memang sosialisasi terkait ansuransi terbatas,” ujarnya saat di temui di ruang kerjanya.
Data di Dinas Pertanian dan Perkebunan Bojonegoro menyebutkan, 1.100 hektare tanaman padi itu, diserang pelbagai jenis hama. Di antaranya yang dominan adalah penyakit patah leher—yang disebabkan meluasnya jamur pyricularia, dan kemudian juga penggerek batang serta wereng. Sedangkan lokasinya merata dan menyebar di sejumlah kecamatan di Bojonegoro.
Reporter : Rozikin
Editor : Sujatmiko